"Tiadakan UTS!" begitulah kalimat itu ku baca, cocok di baca dengan nada yang sedikit tinggi. Grup WhatsApp seketika menjadi wadah bagi mahasiswa untuk protes dan marah-marah. Silih panggil nama Dosen, berharap protes itu setidaknya dibaca, ada yang berharap lebih yaitu dibalas, ada yang bermimpi agar keinginanya dikabulkan. hehe.
Gara-gara Korona, dua minggu lebih kami kuliah daring. Mulai dari mengisi attendance, presentasi, diskusi, dan lain-lain. Bahagia sulit kami rasa, tidak ada wifi gratis, tidak ada teman jajan ke kantin, tidak ada suasana ramai saat diskusi dikelas, presentasi kelompok tapi nyatanya sendiri-sendiri karna saling berjauhan dan banyak lagi. Yang kami rasa hanya bosan, suntuk dan kesal, karena hanya #dirumahsaja. Berharap semua ini segera berakhir.
Ku sadar, ini memang sudah suratan tuhan yang tidak bisa siapapun menghindar. Tidak ada satupun yang tau sehingga tidak bisa untuk persiapan, semuanya terjadi begitu cepat, tidak ada yang menyangka.
Ketika kalender pendidikan menjadi kenangan, semua rencana dibatalkan. Sampai kapan? Entah, katanya sampai waktu yang belum ditentukan.
Meski begitu, UTS harus tetap dilaksanakan meski melalui sistem daring yang penuh dengan keterbatasan. Banyak yang protes, bagaimana tidak karna kami merasa "kenapa masih harus bayar UTS untuk kampus, yang ada kampus memberi kami uang untuk mengganti uang Kuota yang dalam satu bulan tidak cukup beli satu kali" begitulah pengalaman ku dan mahasiswa lain yang boros hehe.
Namun bagaimanapun, semuanya kembali kepada yang memiliki kebijakan. Tak salah bukan meminta keringanan lalu berharap keinginan itu dapat disanggupi? Bagiku tak salah, yang salah adalah jika harapan itu terlalu besar, sampai-sampai tidak rela jika dikecewakan.
Ketika diri mulai kecewa, seringkali membandingkan diri dengan orang lain tak terhindarkan. Memuji kebaikan orang lain lalu menghina diri, ya begitulah kondisi kami saat ini. Mencoba menjadi realistis dan kritis namun sarkasme. Sungguh tidak dapat menyelesaikan masalah!
Kondisi seperti ini memang akan serba salah, baik bagi pihak kampus maupun bagi kami mahasiswa. Seakan kami tak ingin tau tentang apapun dari kampus yang kami ingin hanya UTS ditiadakan atau setidaknya diberi keringanan untuk membayar, begitu juga sebaliknya. Rasanya pada kondisi saat ini saling memahami, menghargai harus di kedepankan, bukan sebagai ajang mencari-cari kesalahan, membenci keadaan, dan lainnya.
Pada akhirnya kami mahasiswa harus mengalah namun tak kalah, kami merasa menang karna telah berlapang dada mencoba menerima dan menikmati keadaan.
Aku tidak kecewa meski harapan pertama tidak terpenuhi, setidaknya aku masih ada dua harapan lain. Pertama, aku berharap Semua ini segera berakhir, kembali pada kondisi baik-baik saja. Kedua, semoga aku dan umumnya kita semua bisa mengambil banyak pelajaran dan pengalaman dari peristiwa saat ini. Satu hal yang selalu ku yakini, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa.
Kabar baik ku dapat bahwa gara-gara korona, bumi dapat menyembuhkan dirinya dari hiruk pikuk pekerjaan manusia yang tak jarang tidak manusiawi bahkan tidak membumi, hehe.
Ketika diri mulai kecewa, seringkali membandingkan diri dengan orang lain tak terhindarkan. Memuji kebaikan orang lain lalu menghina diri, ya begitulah kondisi kami saat ini. Mencoba menjadi realistis dan kritis namun sarkasme. Sungguh tidak dapat menyelesaikan masalah!
Kondisi seperti ini memang akan serba salah, baik bagi pihak kampus maupun bagi kami mahasiswa. Seakan kami tak ingin tau tentang apapun dari kampus yang kami ingin hanya UTS ditiadakan atau setidaknya diberi keringanan untuk membayar, begitu juga sebaliknya. Rasanya pada kondisi saat ini saling memahami, menghargai harus di kedepankan, bukan sebagai ajang mencari-cari kesalahan, membenci keadaan, dan lainnya.
Pada akhirnya kami mahasiswa harus mengalah namun tak kalah, kami merasa menang karna telah berlapang dada mencoba menerima dan menikmati keadaan.
Aku tidak kecewa meski harapan pertama tidak terpenuhi, setidaknya aku masih ada dua harapan lain. Pertama, aku berharap Semua ini segera berakhir, kembali pada kondisi baik-baik saja. Kedua, semoga aku dan umumnya kita semua bisa mengambil banyak pelajaran dan pengalaman dari peristiwa saat ini. Satu hal yang selalu ku yakini, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa.
Kabar baik ku dapat bahwa gara-gara korona, bumi dapat menyembuhkan dirinya dari hiruk pikuk pekerjaan manusia yang tak jarang tidak manusiawi bahkan tidak membumi, hehe.
Selamat melaksanakan UTS teman-teman seperjuanganku, tetaplah berpikir dan melakukan hal positif, jaga kesehatan, tetap bertahanlah untuk #dirumahsaja.
Get well soon Earth!!
Get well soon Earth!!
#Opini
cepat sembuh bumi...
ReplyDeletekami rindu berpetualang...
hehe, salam teh Cika
Aamiin yaallah.
Deletehihi salam kenal yaaa😄
Suka tulisannya.... semangat terus !!
ReplyDeleteTerima kasih!😄
DeleteLike banget tulisannya,mewakili��. Kata-katanya membumi namun harapannya sampai kelangit. Hehe. Semoga semua ini akan segera pulih seperti sediakala namun dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Aamiin.
ReplyDeleteAamiin yaa rabbal alamin. Terima kasih teh intaaan💕
DeleteSemangat terus menulis dan menginspirasi!
ReplyDeleteUntuk Riska Nurlaelani
Insyaallah siaaap!!!❤💯
Deletesemoga lekas pulih bumi..
ReplyDeleteBagus teh tulisan nya
Lanjutkan yaa hehe🤗
Aku request tulisan ttg terkait suasana ramadhan yaa😁
Makasih teh aulll😄 insyaallah ditunggu yaaa😻
DeleteMewakili perasaan wilda banget. Kuliah online tugasnya menumpuk😂
ReplyDeleteSemangat teroooos, semoga keadaan segera membaik aamiin
DeleteI love u sika
ReplyDelete😹👏
DeleteGood dahhhh
ReplyDeleteTerima kasih🙏
Delete