Saturday, April 25, 2020

Biar Kami Saja

Pandemi masih ada disekitar kita, taunya dari jumlah kasus terpapar yang ada saja setiap harinya.

Kami bukannya tak takut dengan korona, namun iba dan tak tega dengan situasi terdampak bagi saudara diluar sana.

Ada yang kehilangan lapak dan pekerjaannya, ada juga yang bekerja terus menerus tanpa hentinya.

Tak banyak upaya yang bisa kami lakukan, sekedar mengajak memberi itupun penuh dengan keterbatasan.

Terima kasih untuk saudara yang telah berkontribusi bersama kami, membantu dengan atau bukan materi namun berharap dapat bermanfaat dan berarti.

Tetaplah bertahan untuk di rumah saja, biar kami yang kesana kemari membawa amanah. Semoga situasi segera membaik dan berakhir, agar dapat beraktifitas kembali tanpa penuh khawatir.

Dari kami para volunteer.

Monday, April 20, 2020

Kehilangan Tradisi

Belum lama ini Indonesia mulai memberlakukan sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), terkhusus bagi wilayah yang sudah tercatat sebagai zona merah dari virus korona.

Akibatnya sebagian besar warga Indonesia di batasi untuk bepergian. Empat hari menjelang bulan Ramadhan warga di himbau untuk tetap #dirumahsaja, sebagai upaya memutus penyebaran virus #covid yang bertambah setiap harinya.

"Kehilangan Tradisi" begitulah kiranya menggambarkan kondisi menjelang Ramadhan tahun ini. Tak ada mudik, tak ada kumpul keluarga dan tak ada wacana untuk liburan seperti biasa.

Di tanah Sunda satu atau dua hari menjelang Ramadhan biasanya adakan waktu untuk ziarah ke makam keluarga, makan besar bersama sanak saudara hingga merealisasikan liburan yang sudah menjadi rencana.

Menjelang Ramadhan tahun ini tak akan ada pemandangan ramai nya orang di dalam mobil bak terbuka, disertai terpal biru sebagai tenda. Kini ekspektasi tak sesuai dengan realita, keinginan untuk bermain di pantai itu hanya angan yang tak akan nyata. Karna wajibnya untuk tetap #dirumahaja.

Suka cita menyambut Ramadhan sudah tak lagi sama seperti biasa, pandemi yang terjadi masih harus kita sadari keberadaannya.

Kehilangan tradisi menyambut Ramadhan tak perlu disedihi sebegitunya, yang terpenting semangat ibadah harus tetap terjaga. Mari persiapkan diri untuk menyambut bulan yang begitu Allah berkahi ini.

Diriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir mengatakan, diantara do'a ketika datang Ramadhan adalah "Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”

Aamiin Ya Rabbal Alamin🙏

#kmp3 #kelasmenulisperpustakaan

Tuesday, April 14, 2020

Hotel Prodeo Surgaku

Wabah Covid-19 ini masih belum berakhir. Seluruh bagian dalam sistem pemerintahan bersatu padu melawan. Mulai dari petinggi negara hingga rakyatnya. Di indonesia sendiri kini sudah mencapai 4.839 kasus. Sungguh bukan angka yang main-main. Segala upaya dilakukan, mulai dari pembubaran kerumunan, upaya tilang bagi pengendara yang tidak memakai masker penutup mulut, dan banyak lagi.

Salah satu fenomena baru yang menjadi sorotan belum lama ini, adalah pembebasan 36.554 narapidana melalui program asimilasi dan integrasi sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19), di wilayah lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan di Indonesia.

Masyarakat dibuat bingung, resah dan kecewa oleh keputusan kemenkumham. Menyayangkan upaya aparat penegak hukum dan warga selama ini yang bahu membahu mengamankan lingkungan dengan menangkap para bengis, kini dengan mudahnya pesakitan itu di bubarkan dengan begitu optimis.

Para napi itu seperti berprinsip "Hotel prodeo surgaku" angkat kaki lama-lama akan membuatnya rindu. Benar saja, tak butuh waktu lama keresahan yang di alami terjadi. Banyak napi yang diciduk melalukan aksi tak terpuji lagi. Mulai dari pencurian motor, perampokan, pembunuhan, dan banyak lagi. Sungguh miris ditengah wabah dan kondisi indonesia yang sedang tidak baik, mereka menambah kepusingan bagi sebagian pihak yang selama ini mengupayakan yang terbaik.

Sudah di beri hati untuk bebas bersyarat, kini di masukkan lagi ke dalam jeruji besi, dengan hukuman yang lebih berat sebab sisa pidana pertama dan massa pidana baru di kalkulasi. Begitulah perjanjian yang sudah di sepakati bersamaan dengan adanya program ini.

Dengan kondisi serba salah seperti ini, akan sulit menyamakan persepsi. Bagi pemerintah hal ini baik dilakukan sebagai upaya pencegahan, namun bagi masyarakat hal ini meresahkan karna sudah terbukti, narapidana kini berkeliaran kembali dengan profesi yang ia sukai, sebagai sosok yang kehadirannya tak seorang pun ingini.

Teringat sebuah kutipan dari Mantan Presiden RI ke-6 "Keputusan dan kebijakan apapun tidak akan pernah memuaskan semua pihak. Jika, niat, tujuan dan konsepnya baik, lakukan saja." Semua keputusan akan ada baik buruknya, maka pilihlah yang paling sedikit buruknya. 

Aku satu dari banyaknya masyarakat yang merasa tak puas dengan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah, salah satunya Kemenkumham. Seharusnya indonesia dapat belajar dari negara-negara lain, yang telah berhasil mengatasi wabah Covid-19 ini. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik?

Kita tak perlu menghadirkan masalah baru, karna ini tidak akan menghasilkan titik temu. Indonesia hanya butuh disiplin dan sadar. Disiplin untuk tidak berkumpul, sering cuci tangan dengan air mengalir, disiplin untuk tetap #dirumahsaja, dan disiplin untuk seluruh perintah yang telah di berlakukan di seluruh dunia. Sadar bahwa wabah ini mematikan, jangan egois merasa sehat dan tak mau dengar masukan. Marilah sepakat untuk disiplin dan sadar, karna ini adalah tugas kita semua.

Kini pemerintahan, bidang kesehatan, pendidikan, aparatur negara, dan seluruh komponen khususnya di Indonesia sedang di uji melalui kehadiran wabah yang belum kunjung pergi.
Aku dan kita semua tau, situasi ini sungguh berat, namun percayalah tak ada satupun peristiwa terjadi tanpa kehendaknya. Tetaplah beraktifitas meski terbatas, jangan lupa untuk selalu berdo'a. Jaga kesehatan dan bertahanlah untuk #dirumahsaja
Cepat sembuh bumiku! Cepat sembuh ibu pertiwi!

#IndonesiaLawanKorona #IndonesiaBersatu 
#IndonesiaBisa! #Opini



Thursday, April 2, 2020

Tiadakan UTS!

"Tiadakan UTS!" begitulah kalimat itu ku baca, cocok di baca dengan nada yang sedikit tinggi. Grup WhatsApp seketika menjadi wadah bagi mahasiswa untuk protes dan marah-marah. Silih panggil nama Dosen, berharap protes itu setidaknya dibaca, ada yang berharap lebih yaitu dibalas, ada yang bermimpi agar keinginanya dikabulkan. hehe.

Gara-gara Korona, dua minggu lebih kami kuliah daring. Mulai dari mengisi attendance, presentasi, diskusi, dan lain-lain. Bahagia sulit kami rasa, tidak ada wifi gratis, tidak ada teman jajan ke kantin, tidak ada suasana ramai saat diskusi dikelas, presentasi kelompok tapi nyatanya sendiri-sendiri karna saling berjauhan dan banyak lagi. Yang kami rasa hanya bosan, suntuk dan kesal, karena hanya #dirumahsaja. Berharap semua ini segera berakhir.

Ku sadar, ini memang sudah suratan tuhan yang tidak bisa siapapun menghindar. Tidak ada satupun yang tau sehingga tidak bisa untuk persiapan, semuanya terjadi begitu cepat, tidak ada yang menyangka.

Ketika kalender pendidikan menjadi kenangan, semua rencana dibatalkan. Sampai kapan? Entah, katanya sampai waktu yang belum ditentukan.

Meski begitu, UTS harus tetap dilaksanakan meski melalui sistem daring yang penuh dengan keterbatasan. Banyak yang protes, bagaimana tidak karna kami merasa "kenapa masih harus bayar UTS untuk kampus, yang ada kampus memberi kami uang untuk mengganti uang Kuota yang dalam satu bulan tidak cukup beli satu kali" begitulah pengalaman ku dan mahasiswa lain yang boros hehe.

Namun bagaimanapun, semuanya kembali kepada yang memiliki kebijakan. Tak salah bukan meminta keringanan lalu berharap keinginan itu dapat disanggupi? Bagiku tak salah, yang salah adalah jika harapan itu terlalu besar, sampai-sampai tidak rela jika dikecewakan.

Ketika diri mulai kecewa, seringkali membandingkan diri dengan orang lain tak terhindarkan. Memuji kebaikan orang lain lalu menghina diri, ya begitulah kondisi kami saat ini. Mencoba menjadi realistis dan kritis namun sarkasme. Sungguh tidak dapat menyelesaikan masalah!

Kondisi seperti ini memang akan serba salah, baik bagi pihak kampus maupun bagi kami mahasiswa. Seakan kami tak ingin tau tentang apapun dari kampus yang kami ingin hanya UTS ditiadakan atau setidaknya diberi keringanan untuk membayar, begitu juga sebaliknya. Rasanya pada kondisi saat ini saling memahami, menghargai harus di kedepankan, bukan sebagai ajang mencari-cari kesalahan, membenci keadaan, dan lainnya.

Pada akhirnya kami mahasiswa harus mengalah namun tak kalah, kami merasa menang karna telah berlapang dada mencoba menerima dan menikmati keadaan.

Aku tidak kecewa meski harapan pertama tidak terpenuhi, setidaknya aku masih ada dua harapan lain. Pertama, aku berharap Semua ini segera berakhir, kembali pada kondisi baik-baik saja. Kedua, semoga aku dan umumnya kita semua bisa mengambil banyak pelajaran dan pengalaman dari peristiwa saat ini. Satu hal yang selalu ku yakini, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa.

Kabar baik ku dapat bahwa gara-gara korona, bumi dapat menyembuhkan dirinya dari hiruk pikuk pekerjaan manusia yang tak jarang tidak manusiawi bahkan tidak membumi, hehe.

Selamat melaksanakan UTS teman-teman seperjuanganku, tetaplah berpikir dan melakukan hal positif, jaga kesehatan, tetap bertahanlah untuk #dirumahsaja.
Get well soon Earth!! 
#Opini